Portofolio Foto atau Hunting Foto Iseng


Fotografi saat ini bukan hal yang mahal, bahkan fotografi hampir sudah tidak dianggap sebuah profesi lagi. Peningkatan yang pesat ini dikarenakan perkembangan teknologi digital, yang membuat harga sebuah kamera dan lensa dengan hasil foto bah-fotografer professional cukup murah untuk dibeli. Semakin banyaknya orang mengkonsumsi kamera DSLR, akhirnya fotografi menjadi sebuah gaya hidup. Banyak sekali komunitas fotografi terbentuk di Indonesia. Anggotanya terdiri dari berbagai macam kalangan, baik fotografer professional (fotografi adalah pekerjaannya) maupun pemula yang hanya hobi fotografi saja. Akibatnya, muncul kebiasaan baru yang sering disebut dengan istilah hunting foto.

Apa sih tujuan Hunting foto? Apakah hasil foto hunting layak sebagai portofolio seorang fotografer?

Banyak sekali macam hunting foto yang dilakukan sebuah komunitas atau perkumpulan tertentu. Misalnya, Hunting foto model, hunting foto pemandangan (landsacape), hunting foto human interest dan lain sebagainya. Namun apakah fungsi hunting foto ramai - ramai tersebut bagai mereka? Portofolio kah? Atau cuma buat Iseng mengisi waktu luang saja?
Dari komentar para fotografer baik professional maupun pemula yang saya lakukan melalui media blackberry messenger dan facebook, sebagian besar menganggap hunting foto ramai-ramai itu sangat penting untuk menjaga tali persaudaraan, saling mengenal satu dengan yang lain antar sesama fotografer. Seorang fotograefer professional salah satu media terkemuka di Indonesia Yuyung Abdi mengatakan, “Jaman dulu, hunting foto yang dilakukan fotografer itu hunting foto landsacape dan budaya. Selain itu jumlah peserta paling banyak hanya 6 orang. Beda dengan jaman sekarang, fotografer lebih cenderung hunting foto model dengan jumlah peserta ratusan”.
Bagi para pemula, hunting foto adalah media untuk mencari ilmu. Tak sedikit pula para pemula yang mencoba peruntungan bisnis dibidang foto menggunakan foto hasil hunting sebagai portofolio mereka. “Foto hasil hunting ramai-ramai boleh dijadikan portofolio, asal jangan dipergunakan untuk kepentingan periklanan”  tambahan Yuyung.

Bagi saya,
Foto hasil hunting ramai – ramai tak layak menjadi sebuah portofolio. Karena sebagian besar foto yang didapat adalah kebetulan, tidak merupakan ide konsep foto yang original, tidak ada alasan yang jelas dan imajinasi yang kental dalam menciptanya.



---============---
Hunting foto ramai – ramai memang sangat menyenangkan, selain untuk refresing juga untuk sarana silaturahmi dan salaing mengenal satu dengan yang lain. Hunting ramai-ramai juga bisa menjadi media amal, seperti yang pernah dilakukan oleh beberapa fotografer untuk mengumpulkan dana bantuan korban bencana alam letusan gunung merapi. Berikut ini adalah beberapa macam tipe hunting yang sempat saya lakukan dan beberapa komentar fotografer menanggapi masalah hunting foto jaman sekarang.

-: Hunting Foto Model :-
Gambar 1.1 Vee,
pada acara Nyata Photography Class IV
Hampir 98% seorang fotografer paling menyukai hunting foto model. Hal ini dikarenakan foto model cukup sederhana dan sangat mudah dilakukan. Keadaan yang menguatkan terbentuknya sebuah hunting foto model adalah karena sebagian besar fotografer adalah seorang pria dan model sebagian beasar adalah wanita. Seorang teman benama Rizal mengatakan, “Bagi para player a.k.a playboy, hunting foto model itu sangat penting sebagai sarana kenalan dengan model. hehehehe”. Bagi model mungkin juga sebaliknya, dengan adanya hunting foto tersebut model dapat mengenal banyak fotografer dan efeknya mungkin banyak kebanjiran job foto dari fotografer tersebut. Banyak fotografer menggunakan hasil hunting foto model sebagai portofolio. Hal ini sebenarnya tidak masalah, akan tetapi harus bertanggung jawab. Tanggung jawab dalam artian fotografer tersebut harus mampu membuat foto seperti hasil hunting yang dia lakukan sendiri bukan karena ide konsep dan seting pembuatan foto adalah dari orang lain (panitia hunting).  Ardho Fartana seorang fotografer komersil berkomentar, “Kebiasaan hunting bareng ini sudah merubah kultur belajar fotografi dan membuat orang jadi malas berpikir proses fotografi itu sendiri. Karena semua sudah diatur, mulai dari pra produksi (ide, konsep), proses produksi (eksekusi, pengaturan lighting dll), sampai pasca produksi (editing)”.

Apakah foto hasil hunting ramai-ramai juga bisa digunakan sebagai portofolio oleh model yang difoto?

Sebagian besar model menggunakan foto hunting tersebut sebagai portofolio dirinya. Tanti seorang model glamour menyatakan, “Foto hasil hunting ramai-ramai tersebut sangat penting bagi para model, selain sebagai portofolio juga sebagai penghargaan model. Dengan foto itu model juga dapat  mengevaluasi atas kualitas dan kredibilitas sang fotografer”.  Masalah pemberian fee kebanyakan model menentukan tarif bermacam - macam sesuai dengan konsep dan tema foto yang ditawarkan. Biasanya model akan menentukan harga setelah mengetahui konsep foto dan tujuan pemotretan. Tentunya untuk pemotretan komersil jauh lebih mahal dari pada hanya untuk foto huntig saja, akan tetapi semua itu tidak free.

Namun bagaimana seorang fotografer menentukan fee untuk model? Apakah foto hasil huting ramai – ramai layak digunakan sebagai portofolio model?

Rizal seorang fotografer komersil periklanan berkomentar, “Untuk menentukan fee model, tergantung bagaimana portofolio model tersebut. Kalau foto yang disodorkan hanya foto hunting, berarti harga fee untuk model tersebut masih murah dan belum sekelas komersil. Foto hasil hunting ramai – ramai itu mungkin bisa digunakan portofolio bagi model pemula, akan tetapi bagi model komersil yang professional foto hasil hunting itu tidak akan dipergunakan sebagai portofolio dirinya. Karena dapat menjatuhkan harga fee yang diberikan”.

-: Hunting Foto Pemandangan (landscape) :-
Lebih menyenangkan jika hunting foto itu adalah hunting foto pemandangan. Disamping kita dapat mengabadikan keindahan alam, kita juga dapat lebih refresing dengan menikmati atmosfir dan pemandangan alam yang indah. Hunting foto landscape mungkin lebih rumit dan kompleks dari pada hunting foto model. Banyak persiapan yang matang mulai dari menentukan bulan – bulan penggambilan foto yang tepat, juga banyak sekali gangguan seperti cuaca yang bisa berubah setiap saat.
Gambar 1.2 “Matahari terbit dari pandangan bromo”

Walaupun susah dan tak tentu, hunting foto landscape banyak sekali peminatnya. Baik yang professional maupun yang hanya sekedar hobi. Sebagian besar fotografer menyatakan bahwa hunting foto landscape itu salah satu sarana untuk mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan juga untuk melestarikan lingkungan alam. Selain itu dengan hunting foto pemandangan alam tersebut, badan dan pikiran merasa rileks. Adi Wiratmo seorang jurnalis foto di salah satu tabloid terkemuka di Indonesia menyatakan, “Bagi ku, hunting foto landsacape  itu adalah refresing dan untuk mensyukuri anugerah yang sudah diberikan oleh Sanag Pencipta”. Bahkan jurnalsi foto yang akrap dipanggil mas Adi ini memberikan tips bagi para pemula yang ingin melakukan hunting foto landscape. “Yang Harus disiapkan seorang fotografer sebelum melakukan hunting foto landscape adalah survey lokasi. Survey disini tak harus review lokasi secara langsung, akan tetapi bisa melalui leteratur yang bisa di-browsing melalui internet. Membawa lensa dan aksesoris sesuai kebutuhan kemudian baru menentukan spot”, penjelasan mas Adi melalu blackberry messenger secara pribadi kepada saya.

Apakah foto hasil hunting landscape dapat dijual ?

Bagi para professional fotografer, foto hasil hunting tersebut dapat dijual sebagai stock foto, kalender dan sebagainya. Sebagian foto juga disimpan untuk diikutkan lomba yang seuai dengan teman foto yang telah dibuat.

-: Hunting Foto Human Interest :-
Manusia adalah obyek foto yang sangat menarik selain foto pemandangan alam. Manusai disini bukanlah model, akan tetapi manusia yang sedang beraktifitas. Pemotretan hunting foto dengan konsep foto human interest yang disingkat foto HI, jauh lebih sederhana dan lebih murah. Selain itu foto HI bisa dilakukan pada kondisi hunting apa saja. Baik hunting foto model maupun hunting foto landscape. Inti dari foto HI adalah kesibukan manusai dalam melakukan aktifitasnya. Sebagian besar foto HI adalah gambaran seorang manusia yang sangat memprihatinkan, namun sebenarnya bukan hanya keprihtinan saja yang ditonjolkan. Akan tetapi semua foto aktifitas yang cukup membawa perasaan dalam melihatnya.
Gambar 1.3 “Bapak dan Anak”

Gambar 1.3, adalah foto yang saya buat saat melakukan hunting foto landscape di pantai balekambang bersama teman pehobi fotografi alam. Keadaan dibalaikambang saat itu sangat ramai dengan pengunjung. Maklum hari itu adalah hari minggu pagi. Sehingga banyak sekali wisatawan local yang memenuhi pantai balaikambang tersebut yang terletak di bagian selatan kota malang. Foto dengan judul “Bapak dan Anak” tersebut adalah aktifitas seorang bapak yang menamin anaknya mandi. Kita dapat melihat bahwa anak dari bapak itu dalam keadaan bugil tanpa busana sedikitpun. Akan tetapi sang bapak hanya menggunakan celana pendak saja berwarna hitam (ya kalau bugil pasti lebih ramai lagi pengunjung wanitanya). Saya menggunakan daun sebagai frame foto untuk menutupi sebagian dari wajah bapak dan anak, juga menutupi celana dari bapak tersebut. Hasilnya, foto tersebut lebih dramatis, seolah – olah bapak tersebut juga bugil. Dan wajah yang tertutupi daun tersebut lebih berkesan sensor dari foto.