Pada dasarnya strobist berasal dari kata strobe yaitu lampu flash
atau alat untuk kepentingan fotografi yang dapat menghasilkan cahaya terus
menerus. Sebenarnya semua fotografi yang menggunakan flash bisa dikatakan strobist, namun pada saat ini yang dikatakan
stobist jika menggunakan flash secara
off-camera (flash tidak diletakkan pada dudukn flash yang ada pada body
camera).
Apa sih sebenarnya fungsi flash?
Dan kapan saat terbaik kita menggunakan
flash?
Pemikiran sederhananya, flash
berfungsi untuk memberikan cahaya diasaat sebuah obyek / subyek itu dalam
keadaan gelap. Sedangkan waktu penggunaan flash
biasanya saat memotret di dalam ruangan dan saat malam hari.
Apakah penggunaan flash di luar ruangan pada siang
hari itu suatu tindakan bodoh?
Selain untuk menerangi pada tempat gelap, fungsi flash adalah untuk mengontrol
cahaya. Pengertian mengontrol sangat berbeda dengan menerangi. Penggunaan flash dikatakan “menerangi” jika tanpa
menggunakan flash, foto yang
dihasilkan sangat gelap dan hasil foto menjadi hitam dan fungsi flash dikatakan “mengontrol cahaya” jika
walaupun tanpa menggunakan flash, foto
yang dihasilkan masih jelas dilihat, namun ada beberapa bagian yang gelap dan
sedikit menggangu. Bagian yang gelap ini perlu adanya fill flash untuk
menyeimbangkan pencahayaan. Contoh penggunaan fill flash adalah saat kita memotret orang di pantai pada sore
hari, dimana menggunakan flash dengan
power tertentu agara orang terlihat
jelas dan warna langit sore juga nampak.
Pada artikel ini, saya akan membahas mengenai dasar penggunaan flash off-camera atau yang disebut teknik strobist.
-:- Perlengkapan Strobist -:-
Cukup dengan menggunakan sebuah flash, triger (transmitter dan reciever) dan sebuah DSLR disertai lensa kita dapat melakukan
teknik fotografi strobist. Sebelum masuk dalam teknik stobist, beberapa
peralatan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Flash
Kita harus
mempersiapkan sebuah flash yang
mendukung untuk strobist. Pemilihan jenis flash
harus diperhatikan karena ada beberapa jenis flash yang tidak dapat digunakan untuk strobist. Hal ini
dikarenakan komponen dari flash tersebut tidak dapat bekerja jika kita
menggunakan triger, contoh: flash
merek nissin tipe Di622.
Trigger
Trigger terdiri
dari dua komponen utama, yaitu satu sebagai transmiter yang diletakkan pada
shoe camera (dudukan flash) dan satu lagi sebagai reciever yang memliki shoe
untuk meletakkan flash.
Kamera
Tentunya persiapan pada kamera adalah kosongkan memori dan
batrai pada kondisi daya penuh.
-: Dasar Strobist :-
Semua butuh
proses !!!
Keterbukaan dalam menerima kritik dan saran baik dari
senior maupun pemula fotografi, menambah luas wawasan. Egois
memang karakter, namun bukan mempersempit.
Banyak sekali blog yang menjelaskan
masalah strobist, namun mungkin penjelasan yang ada sudah terlalu jauh dan kompleks.
Akibatnya bagi para fotografer pemula sangat sulit untuk mendapatkan informasi
tentang dasar - dasar penggunaan flash
dalam teknik strobist. Bahkan mungkin sorang pe-hobi fotografi yang sudah lebih
dari 3 Tahun berkecimpung dalam fotografi belum memahami variabel apa saja yang
sangat penting dalam teknik strobist. Beberapa variabel yang penting dalam
teknik strobist adalah :
Shutter speed,
Aperture,
Flash power,
ISO
Dan jarak flash dengan model.
-:- Shutter speed
Shutter
speed atau kecepatan rana adalah lama
waktu rana kamera terbuka. Lama atau tidaknya kecepatan rana terbuka sangat
mempengaruhi terang atau gelap dari sebuah foto yang disebut dengan exposure. Jika foto dalam keadaan sangat
terang disebut over exposure dan jika
foto dalam pencahayaan yang kurang di sebut under
exposure. Dalam teknik strobist, shutter
speed berfungsi untuk
Mengontrol ambient exposure.
Ambient, adalah cahaya yang sudah tersedia
(suasana cahaya pada sekitar lokasi pomotretan apa adanya. Contoh: lampu jalan yang
menerangi jalan berwarna kuning).Gambar 2.1 Night shoot |
Ambient di jalan raya pada malam hari adalah suasana lampu jalan yng berwarna kuning. Agar suasana pencahayaan jalan itu masih terekam kamera secara alami maka gunakan shitter speed yang rendah, contoh 1/60 seperti pada gambar 2.1. Jika shutter speed yang digunakan cepat (lebih dari 1/160 )maka bagian belakang model akan menjadi gelap. Peristiwa tersebut dikatakan shutter speed berfungsi untuk mengontrol ambient exposure. Kendala yang terjadi antara shutter speed dengan flash adalah, adanya sync speed. Sync speed maksimal adalah pada kecepatan rana 1/200. Namun, dengan triggrer tertentu, kecepatan rana tersebut dapat dinaikkan hingga 1/1000 bahkan lebih.
Gambar 2.2 Shutter Speed |
Keterangan:
1/125
Adalah
kecepatan yang sangat bagus dalam sync dengan
flash.
1/50
Penurunan shutter speed tidak mempengaruhi flash exposure.
1/250
Cahaya flash yang terekam adalah ½ saja. Akibat
speed yang terlalu tinggi melebihi sync speed.
1/320
Hampir
semua flash tidak dapat direkam
kamera, karena speed yang sangat cepat.
-:- Aperture
Gambar 2.3 Flash Exposure
|
Aperture atau yang sering disebut dengan istilah bukaan lensa,
berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk film atau sensor. Besarnya
aperture juga sangat mempengaruhi exposure. Semakin besar bukaan lensa,
maka foto yang dihasilkan semakin terang. Dalam teknik strobist, apertute berfungsi untuk
Mengontrol flash exposure.
Pada
kamera SLR, penulisan aperture
dilambangkan dengan huruf F. Nominal variabel F yang paling besar pada kamera
adalah besar aperture lensa yang
paling kecil, begitu juga sebaliknya. Misalnya : Pada kamera menunjukan F13
dengan F2.8. Aperture lensa yang
paling besar adalah F2.8, karena pada F13 berarti 1/13 bagian dari aperture lensa yang terbuka sedangan
F2.8 berarti 1 / 2.8 bagian aperture
lensa yang terbuka. Secara matematik sudah dapat dipahami bahwa 1 / 2.8 lebih
besar daripada 1/13. Pada gambar 2.3 dapat dilihat jika aperture itu lebih besar maka terjadi over exposure, sedangkan jika aperture
lebih kecil makan terjadi under exposure.
Teori seperti tersebut lah yang dikatakan bahwa aperture berfungsi untuk mengontrol flash exposure.
-:- Flash power
Pada perangkat flash terdapat beberapa range
kekuatan intensitas cahaya yang disebut flash
power. Beberapa jenis flash tipe
tertentu, tidak memiliki power range, hal itu dikarenakan intensitas cahaya
yang dihasilkan flash yang kecil. Besar kecilnya intensitas
cahaya pada flash dinamakan GN. Range pada sebuah flash adalah :
1/1 Full
1/2
1/4
1/8
1/16
1/32
1/64
1/128
-:- ISO
Pada
kamera DSLR, asa film sudah digantikan dengan ISO. ISO sendiri adalah variabel
besaran sensitifitas dari sensor gambar untuk menerima cahaya. Semakin besar
nilai ISO maka sensitifitas sensor gambar terhadap cahaya semakin besar pula.
Penggunaan ISO tinggi biasanya pada pengambilan gambar saat pencahaaayn sangat
kurang. Namun pada ISO tinggi,
gambar yang dihasilkan akan terdapat banyak sekali noise. Dalam teknik strobist, kita tidak membahas masalah noise.
Gambar 2.4 Flash Exposure |
Besarnya nilai ISO dalam teknik strobist sangat mempengaruhi besarnya nilai aperture dan flash power dalam mengontrol exposure.
-:- Jarak Flash dengan Model
Variabel
terakhir yang perlu diperhatikan pada teknik strobist adalah jarak flash dengan model. Dasar teori yang
digunakan adalah Inverse Square Law. Inverse
square law adalah teori cahaya yang banyk sekali penerapannya, baik
dibidang fisika, matematika dan lain sebagainya. Namun dalam fotografi Inverse square law digunakan untuk
menentukan besarnya aperture saat
obyek / subyek foto bergerak mendakat atau menjauhi cahaya dengan rumus f = G/d
; f = aperture lensa, G = GN (guide
number) flash, d = jarak flash dengan model. Gambar 2.5 Perubahan jarak model dengan flash |
Keterangan :
- Posisi awal model dengan exposure normal.
- Model mundur 1 langkah.
referensi :
http://zackarias.com
http://photo.tutsplus.com
http://www.portraitlighting.net