Studio Lighting


Hal yang paling penting dalam sebuah karya fotografi adalah pencahayaan (lighting). Pencahayaan dalam fotografi dapat menimbulkan kesan yang berbeda dalam sebuah foto yang dihasilkan. Seperti perasaan, emosi, karakter, dan konten yang kuat dari obyek yang ada didalam foto tersebut. Namun, terkadang untuk menuyusun studio lighting yang bagus dan sesuai konten yang akan ditonjolkan membutuhkan jumlah lampu yang tidak sedikit.

Pada halaman ini yang akan saya bahas bukan bagaimana menyusun studio lighting agar mendapatkan kesan sesuai konten yang di inginkan, akan tetapi bagaimana memaksimalkan penggunaan studio lighting jika kita hanya memiliki dua buah lampu dengan watt yang sama.

Dibawah ini adalah beberapa setup studio lighting dengan jumlah lampu maksimal adalah 2 buah. Semua pemotretan ini menggunakan lampu merek Tronic 150 Ws.

1. Menggunakan 1 buah standard reflector.
#foto 1
Pada pemotretan nomer 1 di atas, adalah pemotretan hanya dengan menggunakan 1 buah standart reflector saja. Sinar yang jatuh pada model sangat keras, sehingga bayangan yang dihasilkan terlihat kuat.

2. Menggunakan 1 buah softbox
#foto 2
Pada pemotretan nomer 2 di atas, adalah pemotretan dengan menggunakan 1 buah softbox. Sinar yang jatuh pada model lebih halus dari pada seting lampu pada nomer 1, sehingga bayangan yang dihasilkan terlihat lebih lembut.

untuk mendapatkan efek dimensi yang berbeda pada gambar 1 dan gambar 2. Peletakan lapu di posisikan 45 derajat dari atas model. Sehingga wajah, rambut dan jatuhnya bayangan terlihat lebih dramatis.

3. Cross Lighting
#foto 3
Pada pemotretan nomer 3 di atas, adalah pemotretan dengan menggunakan 1 buah softbox dan 1 buah standart refelctor. Seting lampu seperti ini yang paling sering dipakai oleh fotografer. Karena dengan meletakan lamu secara menyilang seperti diatas menimbulkan dimensi yang lebih padat pada model. Penggunaan softbox sebagai main light (pencahayaan utama) pada foto nomer 3 di atas, dengan tujuan agar wajah model terlihat lebih cantik akibat cahaya yang menyinarinya sangat halus.

untuk mendapatkan efek dimensi yang padat pada model, softbox dan standart reflector dapat diatur dengan power yang sama (mengingat karakter lampu standart reflector jauh lebih kerasa dari softbox). Akan tetapi peletakan posisi softbox lebih dekat dengan model agar cahaya halus lebih menyebar rata pada model.

4. Membuat warna Background yang berbeda
#foto 4

#foto 5

Pada pemotretan nomer 4 di atas, adalah pemotretan dengan menggunakan 1 buah softbox dan 1 buh standart refelctor. Susunan lampu seperti ini digunakan dengan tujuan agar background berubah menjadi warna putih. Untuk merubah warna background menjadi merah, maka cukup menambahkan gel warna pada lampu yang menghadap background (foto 5).

5. Butterfly Lighting
#foto 6

Seting lampu butterfly sangat bagus untuk memotret seorang wanita, karena bentuk wanita yang halus dan cantik. Dikatakan "Butterfly Lighting" karena terbentuknya bayangan di bawah hidung yang mirip dengan kupu-kupu. Seting lampu utama pada teknik ini hanyalah sebuah lampu dengan softbox yang di letakkan di atas model agar terbentuk bayangan kupu-kupu di bawah hidung. Namun jika efek lampu terlihat flat dan banyak bagian yang gelap di bawah leher, maka di tambahkan sebuah refector di bawahnya.

Seting lampu Butterfly Lighting juga dapat di tambahkan gel seperti di bawah ini
#foto 7


#foto 8

------- pada pemotretan ini reflector menggunakan styrofoam putih -------

6. Hair Light
#foto 9

Penggunaan seting lampu seperti ini biasanya bertujuan agar model dengan background dapat terlihat terpisah. Untuk membuat foto seperti diatas cukup dengan menggunakan 2 buah lampu. Satu softbox diletakkan didepan model dengan membentuk sudut 45 derajat (sebagai main light / pencahayaan utama) dan untuk menghasilkan hair light cukup menggunakan sebuah standart reflector yang dipasang dibagian belakang rambut model.

Modifikasi lain dari seting lampu nomer 6 adalah dengan menggeser sedikit posisi lapu belakang sehingga sedikit bocor menjadi backlight (foto 10) dan mungkin bisa dimofikasi colortone dengan menggunakan photoshop (foto 11)

#foto 10

#foto 11

Pada foto 10 menggunakan F 3,5 sedangkan pada foto 11 menggunakan F 11 dan keduanya menggunakan shutter speed 1/160. Dari sini kita dapat melihat bahwa penggunaan F yang lebih besar (F 3,5 ) akah menghasilkan backlight yang lebih kuat akan tetapi flare juga akan lebih mudah terjadi pada penggunaan F yang lebih besar.

Model : Miza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar